
MAKALAH
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penilaian Pembelajaran Matematika
Diasuh
oleh : Dra. Agni Danaryanti, M.Pd/Asdini Sari, S.Pd. M.Pd
Oleh
:
Kelompok
8
Hujjah
Hanifa NIM.
A1C114023
Rahmawati NIM.
A1C114046
Rasmita NIM.
A1C114049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT
APRIL 2016
PENGADMINISTRASIAN TES
1. Pengertian Pengadministrasian Tes
Pengadministrasian tes
adalah pelaksanaan tes yang dimulai dari proses penyuntingan naskah tes sampai
dengan proses mengerjakan tes
2. Penyusunan Perangkat Tes
Dalam penyusunan
perangkat tes yang akan digunakan, perlu mempertimbangkan dua hal utama, yaitu
:
a. Penyuntingan Naskah Tes
Suatu naskah tes
terdiri atas beberapa butir soal. Dalam penyusunan butir soal haruslah
mempertimbangkan beberapa hal yang memungkinkan peserta tes dapat mengerahkan
kemampuan terbaiknya dalam mengerjakan tes tersebut sehingga dapat menjadi
suatu perangkat tes. Maka yang menjadi pertimbangan utama dalam penyuntingan
tes adalah peserta tes. Adapun yang perlu diperhatikan dalam penyutingan naskah
tes, yaitu:
i.
Tes
bentuk objektif tidak dilaksanakan secara lisan.
ii.
Butir
tes disusun berdasarkan pokok bahasan awal hingga akhir.
iii.
Tingkat
kesukaran tes disusun mulai dari yang termudah hingga yang tersulit.
iv.
Butir
tes yang setipe hendaknya dikelompokkan dalam satu kelompok.
v.
Petunjuk
pengerjaan tes ditulis secara jelas.
vi.
Penyusunan
butir tes sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kesan
berdesak-desakkan.
vii. Susunlah setiap butir tes sehingga stem dan seluruh optionnya
terletak dalam satu halaman yang sama.
viii.Letakkanlah
wacana yang digunakan sebagai rujukan satu atau beberapa butir tes di atas
butir tes yang bersangkutan.
ix.
Hindarilah
meletakkan kunci jawaban dalam suatu pola tertentu.
b. Penggandaan Naskah Tes
Dalam proses
penggandaan tes haruslah dapat menjamin kerahasiaan naskah tes, sehingga tidak
akan mengganggu konsentrasi peserta tes dalam melaksanakan tes. Penggandaan tes
sebaiknya terpisah antara lembaran tes dan lembaran jawaban. Di bawah ini beberapa
petunjuk dalam penggandaan tes, diantaranya:
i.
Antar
butir tes harus cukup tersedia ruangan, sehingga tidak terkesan saling
berdesak-desakan.
ii.
Angka
dan huruf yang disediakan di depan alternatif jawaban harus sama dengan yang
digunakan pada lembar jawaban.
iii.
Untuk
jenis tes menjodohkan, kedua kolom yang berisi tes/alternatif jawaban haruslah
terletak dalam satu halaman yang sama.
iv.
Butir
tes yang menggunakan wacana harus terletak dalam satu halaman yang sama.
v.
Semua
wacana, grafik, diagram atau gambar yang digunakan sebagai landasan butir tes
harus jelas.
vi.
Jika
naskah digandakan dalam jumlah yang banyak, maka setiap naskah tes harus sama
jelasnya.
3. Pelaksanaan Tes
Dalam pengadministrasian tes haruslah mempertimbangkan
berbagai cara dalam pelaksanaan tes.
Cara pelaksanaan tes diantaranya:
a. Open Books
Dalam melaksanakan tes
hasil belajar, seorang pengajar memiliki hak penuh untuk menentukan apakah para
peserta tes boleh melihat buku/catatan dan menggunakan berbagai alat belajar
seperti tabel, kamus, kalkulator dan sebagainya. Cara pelaksanaan tes seperti ini disebut Open
Books.
Kelebihan pelaksanaan tes Open Books, yaitu:
i.
Para
siswa tidak terlalu tegang dalam menghadapi atau mengerjakan soal.
ii.
Para
siswa lebih cenderung mengerjakan tesnya sendiri daripada harus menyontek
kepada temannya.
iii.
Para
siswa akan lebih rajin dalam membuat catatan karena mereka akan sadar dengan
kebutuhan catatan tersebut.
Kekurangan
pelaksanaan tes Open Books, diantaranya:
i.
Para
siswa mungkin saja akan malas membaca buku/catatan.
ii.
Mereka
yang jarang membaca buku akan kehabisan waktu ujian membolak-balik lembaran
buku untuk mendapatkan jawaban.
iii.
Para
siswa cenderung akan malas berpikir
b. Close Books
Close Books adalah pelaksanaan tes yang merupakan kebalikan
dari Open Books, dimana peserta tes tidak diperbolehkan untuk melihat buku atau
catatan dan menggunakan alat belajar seperti tabel, kamus, kalkulator dan
sebagainya.
Kelebihan pelaksanaan tes Close Books, yaitu:
i.
Para
siswa akan terbiasa untuk memahami isi buku/catatannya.
ii.
Para
siswa akan terbiasa berpikir sendiri.
iii.
Para
siswa akan terbiasa membuat rangkuman.
Kekurangan
pelaksanaan tes Close Books, diantaranya:
i.
Akan
membuat siswa terdorong untuk menyontek.
ii.
Siswa
belum tentu terlatih menggunakan buku catatan sebagai sumber belajar.
iii.
Berkurangnya
prinsip yang mengatakan bahwa buku itu untuk digunakan bukan untuk
dihafal.
c. Tes di Umumkan
Pelaksanaan tes dan hasil dari pelaksanaan tes dapat dilakukan
dengan memberi pengumuman. Pelaksanaan tes seperti ini disebut Tes di Umumkan.
Kelebihan pelaksanaan Tes di Umumkan, yaitu:
i.
Dapat
mengukur pengetahuan kesiapan yang dimiliki oleh siswa.
ii.
Dapat
memotivasi usaha belajar.
iii.
Dapat
digunakan sebagai alat peningkatan disiplin belajar.
Kekurangn
pelaksanaan Tes di Umumkan, diantaranya:
i.
Dapat
membuat siswa yang tidak lulus atau yang mendapat nilai rendah merasa malu
sehingga dapat menghapus motivasi belajar mereka.
ii.
Guru
yang tidak dapat mengumumkan nilai siswa tepat waktu akan mendapatkan
cemoohan dari para siswa.
iii.
Memerlukan
kemampuan administrasi yang prima yang memerlukan fasilitas dan dana
tambahan.
d. Tes di Rahasiakan
Tes di Rahasiakan merupakan kebalikan dari pelaksanaan tes di
umumkan, dimana pelaksanaan tes tidak dberitahukan sebelumnya kepada peserta
tes,begitu juga dengan hasil tes tidak diberitahukan kepada peserta tes.
Kelebihan pelaksanaan Tes di Rahasiakan:
i.
Tidak
menuntut kemampuan administratif yang prima dan mahal.
ii.
Tidak
akan mendapatkan protes-protes dari para peserta didik.
iii.
Jika
dipandang perlu, maka nilai seorang peserta tes dapat diputuskan dengan
mengikutsertakan faktor-faktor non tes.
Kekurangan
pelaksanaan Tes di Rahasiakan, diantaranya:
i.
Tes
akan dianggap tidak berguna karena tidak komunikatif dengan para siswa yang
bersangkutan.
ii.
Dapat
membuat tenaga pendidik “main hakim sendiri” tanpa diketahui oleh siapa pun.
e. Tes Tertulis
Pelaksanaan tes yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan
secara tertulis kepada peserta tes, dan peserta tes memberikan jawaban secara
tertulis pula. Pelaksanaan tes seperti ini, disebut pelaksanaan Tes Tertulis.
Kelebihan pelaksanaan Tes Tertulis, yaitu:
i.
Kemampuan
memilih kata-kata, kekayaan informasi, kemampuan berbahasa, kemampuan memilih
ataupun memadukan ide-ide dan proses berpikir peserta tes dapat dilihat dengan
nyata.
ii.
Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta
didik seperti yang disebutkan diatas dapat dibandingkan antara yang satu dengan
yang lain.
iii.
Dalam waktu yang relatif terbatas dapat
dilaksanakan tes yang terdiri atas sejumlah besar peserta tes sehingga
ekonomis.
iv.
Memungkinkan dikoreksi oleh lebih dari seorang
korektor sehingga lebih objektif.
Kekurangan
pelaksanaan Tes Tertulis, diantaranya:
i.
Khusus
untuk tes bentuk essai, tes tertulis dapat menuntut tugas peserta tes yang
lebih berat.
ii.
Dalam hal tes bentuk essai, maka
ketunabahasaan akan merugikan peserta tes yang bersangkutan apabila masalah
bahasa diperhitungkan dalam memberi nilai.
iii.
Yang bersifat massal itu biasanya kurang baik
dibandingkan dengan yang individual.
iv.
Siswa cenderung menuliskan jawabannya secara
panjang lebar.
f. Tes Lisan
Tes Lisan adalah kebalikan dari pelaksanaan Tes Tertulis,
dimana dalam pelaksanaan tesnya pengajar memberikan pertanyaan atau soal secara
langsung( tidak tertulis) kepada peserta tes, dan peserta tes memberikan
jawaban secara langsung pula.
Kelebihan pelaksanaan Tes Lisan, yaitu:
i.
Dapat
dilaksanakan secara individual sehingga lebih cermat dan dapat dilakukan
“probing” sehingga penguji mampu mengetahui secara pasti dimana posisi hasil
belajar peserta didik yang bersangkutan.
ii.
Kemampuan-kemampuan seperti yang ada pada tes
tertulis yang telah diuraikan diatas dapat dipantau secara langsung oleh tenaga
pendidik yang menguji.
iii.
Melalui tes lisan dapat memungkinkan
terjadinya komunikasi dua arah dan dialog aktif.
iv.
Siswa dapat mengungkapkan argumentasinya
secara lebih bebas.
Kekurangan
pelaksanaan Tes Lisan, diantaranya:
i.
Tidak
ekonomis.
ii.
Jika yang melaksanakan tes hanyalah satu
orang, maka akan terjadi subjektifitas yang sukar dikontrol.
iii.
Bagi peserta tes yang gagap karena karena
merasa tegang akan dirugikan dengan cara ini.
iv.
Memungkinkan tenaga pendidik “main hakim
sendiri”
g. Tes Tindakan (Praktek)
Pelaksanaan tes yang dilakukan dengan lenih menekankan kepada
tindakan peserta tes. Pelaksanaan tes seperti ini disebut Tes Tindakan atau Tes
Praktek.
Kelebihan pelaksanaan Tes Tindakan, yaitu:
i.
Terjadinya
pengecekan terhadap terbentuk atau tidaknya keterampilan yang dirumuskan di
dalam TIK.
ii.
Membuat
pergantian suasana sehingga kejenuhan dapat dikurangi/dihilangkan
Kekurangan
pelaksanaan Tes Tindakan, diantaranya:
i.
Tidak
semua bahan dapat diuji praktekkan.
ii.
Tergolong
mahal dan tenaga pendidik dituntut lebih mampu dari siswanya.
iii.
Jika
prakteknya tidak dalam keadaan yang sesungguhnya maka siswa cenderung akan
main-main/tidak serius atau sebaliknya.
4. Pemberian Skor
Pada hakikatnya
pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban instrumen menjadi
angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item
dalam instrumen. Angka-angka hasil penilaian selanjutnya diproses menjadi
nilai-nilai (grade).
Teknik
Pengolahan Data
Pada umumnya, pengolahan data hasil
tes menggunakan bantuan statistik. Menurut Zainal Arifin (2006) dalam
pengolahan data hasil test menggunakan empat langkah pokok yang harus di
tempuh, yaitu:
a.
Menskor,
yaitu memperoleh skor mentah dari tiga
jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban, kunci scoring dan pedoman konversi.
b.
Mengubah
skor mentah menjadi skor standar
c.
Menkonversikan
skor standar kedalam nilai
d.
Melakukan
analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan
realibilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan daya pembeda.
i.
Cara
Memberi Skor Mentah untuk Tes Uraian
Menurut Zainal Arifin
(2011:223) system bobot ada dua macam:
Pertama, bobot
yang dinyatakan dalam skor maksimum sesuai dengan tingkat kesukarannya.
Rumus:

Keterangan:


Kedua, bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai
dengan tingkat kesukaran soal.
Rumus:

Keterangan:



ii.
Cara
Memberi Skor Mentah untuk Tes Objektif
Ada dua cara untuk memberikan skor pada bentuk tes objektif,
yaitu:
1)
Tanpa
Rumus Tebakan (Non-Guessing Formula)
Pemberian skor pada tes
objektif pada umumnya digunakan apabila soal belum diketahui tingkat
kerumitannya. Untuk soal obyektif bentuk true-false misalnya, setiap item
diberi skor maksimal 1 (satu). Apabila peserta menjawab benar maka diberikan
skor 1 dan apabila salah maka diberikan skor 0.
2)
Menggunakan
Rumus Tebakan (Guessing Formula)
Biasanya rumus ini
digunakan apabila soal-soal tes itu pernah diujicobakan dan dilaksanakan
sehingga dapat diketahui tingkat kebenarannya.
Adapun rumus-rumus tebakan, diantaranya:
a)
Bentuk
Benar-salah (True or False)


Keterangan:



b)
Bentuk
Pilihan Ganda (multiple choice)


Keterangan:





5. Pengolahan Skor
Dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi skor
standard atau nilai terdapat dua cara yang dapat ditempuh yaitu :
a.
Pengolahan
dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada
kriterium (Criterion) atau sering juga disebut dengan patokan. Cara pertama ini
sering dikenal dengan istilah criterion referenced evaluation. Di dunia
pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah Penilain Acuan Patokan (PAP) ada
juga yang mengatakan dengan istilah Standar Mutlak.
b.
Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi
nilai dengan mengacu pada norma atau kelompok. Cara kedua ini dikenal dengan
istilah norm referenced evaluation. Di dalam dunia pendidikan Indonesia dikenal
dengan istilah Penilaian Acuan Norma (PAN)
Pengolahan
dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan berbagai macam skala, misalnya: skala 5 (Stanfive), yaitu nilai standar berskala lima yang dikenal
dengan istilah nilai huruf A, B, C, D dan E. Skala sembilan (Stanine) yaitu
nilai standar berskala sembilan dimana rentang nilainya mulai dari 1 sampai
dengan 9 (tidak ada nilai =0 dan >10), skala sebelas (standard eleven/
eleven points scale) rentang nilai mulai dari 0 sampai dengan 10, z score
(nilai standar z), dan T score (nilai standar T).
Cara Memberi Skor
Skala Sikap dan minat belajar siswa, yaitu: guru
dapat menggunakan alat penilaian model skala, seperti sikap dan skala minat.
Skala sikap dapat menggunakan lima skala, yaitu; Sangat Setuju (SS), Setuju
(S), Tidak Tahu (TT), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala
yang digunakan 5,4,3,2,1 (untuk pernyataan positif) dan 1,2,3,4,5 (untuk
pernyataan negative). Begitupun dengan skala minat, guru dapat menggunakan lima
skala, seperti Sangat Berminat (SB), Berminat (B), Sama Saja (SS), Kurang
Berminat (KB), dan Tidak Berminat (TB).
Cara Memberi Skor untuk Domain Psikomotor, guru dapat menggunakan tes tindakan melalui simulasi, unjuk kerja
atau tes identifikasi. Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah skala
penilaian yang terentang dari Sangat Baik (5), Baik (4),
Cukup (3), Kurang Baik (2), sampai dengan Tidak Baik.
6. Petunjuk-petunjuk Pengadministrasian Tes
a. Petunjuk Umum
Petunjuk-petunjuk
berikut harus diperhatikan sungguh-sungguh dalam pengadministrasian tes:
i.
Dalam memberikan tes jangan sampai menyimpang dan
prosedur yang telah digariskan dalam manual ini. Penyimpangan sedikit saja
dapat mempengaruhi nilai ilmiah tes itu.
ii.
Usahakanlah untuk memegang teguh pada kata-kata dan/atau
kalimat-kalirnat yang sudah dicantumkan dalam petunjuk-petunjuk khusus dan
setiap tes. Petunjuk-petunjuk itu menuntun secara jelas apa yang harus
dikerjakan dan apa yang harus dikatakan oleh pemberi tes (tester) kepada yang
mengerjakan tes (testee). Petunjuk-petunjuk yang harus dikatakan itu dicetak
dalam huruf besar dan harus diberikan secara verbatim (kata demi kata, kalimat
demi kalimat, apa adanya).
iii.
Pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh testee selama
mereka menerima penjelasan tentang contoh-contoh soal atau soal-soal latihan
harus dijawab dengan pedoman sebagai berikut:
1)
Jika pertanyaan-pertanyaan itu berhubungan dengan
penjelasan sesuai jawaban soal, maka petunjuk-petunjuk yang berhubungan dengan
itu harus dibaca kembali, jangan diubah, ditambah dan/atau dikurangi.
2)
Jika pertanyaan
itu berhubungan dengan detail-detail dan prosedur, misalnya dimana
jawaban-jawaban itu harus dimasukkan maka hal itu dapat dijawab secara
langsung. Tegaskan kepada mereka bahwa tidak akan ada jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan semacam itu, setelah mereka mulai mengerjakan tes.
iv.
Disamping memegang teguh pada petunjuk-petunjuk khusus,
maka harus dicegah adanya gangguan-gangguan perasaan atau kesehatan, misalnya
perasaan: takut, tegang, tertekan, bingung dan sebagainya pada testee. Hal itu dapat dicapai dengan jalan
menyelenggarakan kegiatan itu sebagai kegatan sekolah yang wajar dan bukan
sebagai kejadian yang istimewa atau khusus.
v.
Jagalah, jangan sampai testee melihat soal-soal tes
sebelum waktu mengerjakan tiba. Usahakan
sunguh-sungguh jangan sampai testee saling dapat melihat atau mencontek satu
dengan lainnya selama mereka mengerjakan tes.
vi.
Pakailah
stopwatch atau petunjuk waktu lainnya asalkan ada petunjuk/jarum detik. Jika bukan stopwatch
yang dipakai catatlah dengan teliti waktu mulai dan berakhirnya tes sekaligus. Batas waktu (time limit) untuk setiap bagian tes
harus ditepati dengan teliti dan sungguh-sungguh.
vii.
Untuk menulis jawaban tes yaitu dengan cara memberi tanda
silang (X), dengan menggunakan pensil,
ball-point atau pulpen. Cadangan untuk alat-alat tulis itu Iebih baik disiapkan bila sewaktu-waktu diperlukan.
b. Petunjuk Khusus
Langkah-Iangkah
pemberian tes berikut ini harus dilaksanakan secara hierarkis oleh pemberi tes (tester). Adapun Iangkah-Iangkahnya
adalãh sebagal berikut:
Langkah
I: Meneliti
bahan-bahan testing
Meneliti macam dan jumlah bahan-bahan testing yang
diterima yaitu: buku tes, lembar jawaban,
berita acara testing. Terutama buku tes, jumlah yang dibagikan harus
benar-benar diperhatikan.
Langkah II: Mengatur tempat duduk siswa
Memeriksa kemudian mengatur (jika
diperlukan) apakah murid-murid sudah duduk di tempatnya masing-masing, atau
sudah duduk sedemikian rupa sehingga tidak ada kemungkinan untuk saling
mencontek.
Langkah III: Membentuk rapport (hubungan baik) dan memberi motivasi
murid
Jelaskan kepada mereka darimana
Saudara berasal dan apa tujuan Saudara memberikan tes. Di dalam membentuk
rapport dan memberi motivasi ini hendaknya situasi dibuat sesantai mungkin agar murid
dalam mengerjakan tes tidak terlalu tegang.
Langkah IV: Membagi buku tes dan lembar jawaban
Jelaskah kepada murid-murid bahwa
untuk mengerjakan tes disediakan lembar jawaban tersendiri di samping buku
tesnya. Untuk itu perlihatkan kepada siswa, mana yang buku tes dan mana yang
Iembar jawabannya.
Katakan
kepada siswa bahwa buku tes harus tetap bersih, tidak boleh di coret-coret
dalam bentuk apapun. Tegaskan kepada mereka bahwa semua jawaban harus ditulis
atau diberikan dalam lembar yang telah disediakan dan sesual dengan nomor
soalnya. Selanjutnya (apabila murid-nurid telah jelas dengan cara mengerjakan
tes) katakan kepada mereka lembar jawaban dan buku tes akan dibagikan. Terlebih
dahulu yang diberikan adalah lembar jawaban. Apabila murid telah menerima
lembar jawaban, tuntunlah mereka untuk menuliskan identitas pribadinya
(Namanya, jenis kelaminnya, dsb. Sebagaimana yang tercantum dalam lembar
jawaban).
Langkah V: Pemberi tes (tester) harus tahu pasti, bahwa murid-murid
mengerti dan mengindahkan perintah itu. Buku tes harus diletakkan terbalik
sehingga mereka tidak dapat membacanya.
KESIMPULAN
Dalam
penyusunan perangkat tes yang akan digunakan, perlu mempertimbangkan dua hal
utama, yaitu :
1.
Penggandaan
Naskah Tes
2.
Penyuntingan
Naskah Tes
Dalam
pengadministrasian tes haruslah mempertimbangkan berbagai cara dalam pelaksaan
tes. Cara pelaksanaan tes tersebut meliputi :
1.
Open
Books
2.
Close
Books
3.
Tes
Diumumkan
4.
Tes
Dirahasiakan
5.
Tes
Lisan
6.
Tes
Tertulis
7.
Tes
Tindakan Atau Tes Praktek
Pada hakikatnya pemberian skor (scoring)
adalah proses pengubahan jawaban instrumen menjadi angka-angka yang merupakan
nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item dalam instrumen. Angka-angka
hasil penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade).
Dalam pengolahan dan pengubahan skor
menjadi skor standard atau nilai terdapat dua cara yang dapat ditempuh yaitu :
1.
Pengolahan
dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada
kriterium (Criterion) atau sering juga disebut dengan patokan. Cara pertama ini
sering dikenal dengan istilah criterion referenced evaluation. Di dunia
pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah Penilain Acuan Patokan (PAP) ada
juga yang mengatakan dengan istilah Standar Mutlak.
2.
Pengolahan
dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan mengacu pada norma atau
kelompok. Cara kedua ini dikenal dengan istilah norm referenced evaluation. Di
dalam dunia pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah Penilaian Acuan Norma
(PAN).
DAFTAR PUSTAKA
counseling.
(2010, 04). Dikutip 14-04-2016 pukul 9:08:35, dari
http://counselingc1.blogspot.com/2010/04/petunjuk-petunjuk-pengadministrasian.html
Emiwln. (2014,
01). Dikutip 27-02-2016 pukul 14:09:53 , dari
http://emiwln.blogspot.com/2014/01/pengadministrasian-tes.html
Mantap ka!! Ulun dari prodi p.mtk ulm angkatan 16, yg kebetulan matkul ini diasuh sama ibu Agni dan ibu Dini juga
BalasHapus