Sabtu, 22 Juli 2017

Pengadministrasian Tes







PENGADMINISTRASIAN TES 
             MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penilaian Pembelajaran Matematika
Diasuh oleh : Dra. Agni Danaryanti, M.Pd/Asdini Sari, S.Pd. M.Pd
Oleh :
Kelompok 8
Hujjah Hanifa                                                    NIM. A1C114023
Rahmawati                                                        NIM. A1C114046
Rasmita                                                             NIM. A1C114049




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
APRIL  2016


PENGADMINISTRASIAN TES
1.      Pengertian Pengadministrasian Tes
Pengadministrasian tes adalah pelaksanaan tes yang dimulai dari proses penyuntingan naskah tes sampai dengan proses mengerjakan tes
2.      Penyusunan Perangkat Tes
            Dalam penyusunan perangkat tes yang akan digunakan, perlu mempertimbangkan dua hal utama, yaitu :
a.       Penyuntingan Naskah Tes
      Suatu naskah tes terdiri atas beberapa butir soal. Dalam penyusunan butir soal haruslah mempertimbangkan beberapa hal yang memungkinkan peserta tes dapat mengerahkan kemampuan terbaiknya dalam mengerjakan tes tersebut sehingga dapat menjadi suatu perangkat tes. Maka yang menjadi pertimbangan utama dalam penyuntingan tes adalah peserta tes. Adapun yang perlu diperhatikan dalam penyutingan naskah tes, yaitu:
i.        Tes bentuk objektif tidak dilaksanakan secara lisan.
ii.      Butir tes disusun berdasarkan pokok bahasan awal hingga akhir.
iii.    Tingkat kesukaran tes disusun mulai dari yang termudah hingga yang tersulit.
iv.    Butir tes yang setipe hendaknya dikelompokkan dalam satu kelompok.
v.      Petunjuk pengerjaan tes ditulis secara jelas.
vi.    Penyusunan butir tes sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kesan berdesak-desakkan.
vii.  Susunlah setiap butir tes sehingga stem dan seluruh optionnya terletak dalam satu halaman yang sama.
viii.Letakkanlah wacana yang digunakan sebagai rujukan satu atau beberapa butir tes di atas butir tes yang bersangkutan.
ix.    Hindarilah meletakkan kunci jawaban dalam suatu pola tertentu. 
b.      Penggandaan Naskah Tes
      Dalam proses penggandaan tes haruslah dapat menjamin kerahasiaan naskah tes, sehingga tidak akan mengganggu konsentrasi peserta tes dalam melaksanakan tes. Penggandaan tes sebaiknya terpisah antara lembaran tes dan lembaran jawaban. Di bawah ini beberapa petunjuk dalam penggandaan tes, diantaranya:

i.                 Antar butir tes harus cukup tersedia ruangan, sehingga tidak terkesan saling berdesak-desakan.
ii.               Angka dan huruf yang disediakan di depan alternatif jawaban harus sama dengan yang digunakan pada lembar jawaban.
iii.             Untuk jenis tes menjodohkan, kedua kolom yang berisi tes/alternatif jawaban haruslah terletak dalam satu halaman yang sama.
iv.             Butir tes yang menggunakan wacana harus terletak dalam satu halaman yang sama.
v.               Semua wacana, grafik, diagram atau gambar yang digunakan sebagai landasan butir tes harus jelas.
vi.             Jika naskah digandakan dalam jumlah yang banyak, maka setiap naskah tes harus sama jelasnya.
3.      Pelaksanaan Tes
            Dalam pengadministrasian tes haruslah mempertimbangkan berbagai cara dalam pelaksanaan tes. Cara pelaksanaan tes diantaranya:
a.       Open Books
      Dalam melaksanakan tes hasil belajar, seorang pengajar memiliki hak penuh untuk menentukan apakah para peserta tes boleh melihat buku/catatan dan menggunakan berbagai alat belajar seperti tabel, kamus, kalkulator dan sebagainya. Cara pelaksanaan tes seperti ini disebut Open Books.
      Kelebihan pelaksanaan tes Open Books, yaitu:
i.                    Para siswa tidak terlalu tegang dalam menghadapi atau mengerjakan soal.
ii.                  Para siswa lebih cenderung mengerjakan tesnya sendiri daripada harus menyontek kepada temannya.
iii.                Para siswa akan lebih rajin dalam membuat catatan karena mereka akan sadar dengan kebutuhan catatan tersebut.
                        Kekurangan pelaksanaan tes Open Books, diantaranya:
i.                    Para siswa mungkin saja akan malas membaca buku/catatan.
ii.                  Mereka yang jarang membaca buku akan kehabisan waktu ujian membolak-balik lembaran buku untuk mendapatkan jawaban.
iii.                Para siswa cenderung akan malas berpikir



b.      Close Books
      Close Books adalah pelaksanaan tes yang merupakan kebalikan dari Open Books, dimana peserta tes tidak diperbolehkan untuk melihat buku atau catatan dan menggunakan alat belajar seperti tabel, kamus, kalkulator dan sebagainya.
      Kelebihan pelaksanaan tes Close Books, yaitu:
i.                    Para siswa akan terbiasa untuk memahami isi buku/catatannya.
ii.                  Para siswa akan terbiasa berpikir sendiri.
iii.                Para siswa akan terbiasa membuat rangkuman.
      Kekurangan pelaksanaan tes Close Books, diantaranya:
i.                    Akan membuat siswa terdorong untuk menyontek.
ii.                  Siswa belum tentu terlatih menggunakan buku catatan sebagai sumber belajar.
iii.                Berkurangnya prinsip yang mengatakan bahwa buku itu untuk digunakan bukan  untuk dihafal.
c.       Tes di Umumkan
      Pelaksanaan tes dan hasil dari pelaksanaan tes dapat dilakukan dengan memberi pengumuman. Pelaksanaan tes seperti ini disebut Tes di Umumkan.
      Kelebihan pelaksanaan Tes di Umumkan, yaitu:
i.                    Dapat mengukur pengetahuan kesiapan yang dimiliki oleh siswa.
ii.                  Dapat memotivasi usaha belajar.
iii.                Dapat digunakan sebagai alat peningkatan disiplin belajar.
      Kekurangn pelaksanaan Tes di Umumkan, diantaranya:
i.                    Dapat  membuat siswa yang tidak lulus atau yang mendapat nilai rendah merasa malu sehingga dapat menghapus motivasi belajar mereka.
ii.                  Guru yang tidak dapat mengumumkan  nilai siswa tepat waktu akan mendapatkan cemoohan dari para siswa.
iii.                Memerlukan kemampuan administrasi yang prima yang  memerlukan fasilitas dan dana tambahan.
d.      Tes di Rahasiakan
      Tes di Rahasiakan merupakan kebalikan dari pelaksanaan tes di umumkan, dimana pelaksanaan tes tidak dberitahukan sebelumnya kepada peserta tes,begitu juga dengan hasil tes tidak diberitahukan kepada peserta tes.



      Kelebihan pelaksanaan Tes di Rahasiakan:
i.                    Tidak menuntut kemampuan administratif yang prima dan mahal.
ii.                  Tidak akan mendapatkan protes-protes dari para peserta didik.
iii.                Jika dipandang perlu, maka nilai seorang peserta tes dapat diputuskan dengan mengikutsertakan faktor-faktor non tes.
      Kekurangan pelaksanaan Tes di Rahasiakan, diantaranya:
i.                    Tes akan dianggap tidak berguna karena tidak komunikatif dengan para siswa yang bersangkutan.
ii.                  Dapat membuat tenaga pendidik “main hakim sendiri” tanpa diketahui oleh siapa pun.
e.       Tes Tertulis
      Pelaksanaan tes yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara tertulis kepada peserta tes, dan peserta tes memberikan jawaban secara tertulis pula. Pelaksanaan tes seperti ini, disebut pelaksanaan Tes Tertulis.
      Kelebihan pelaksanaan Tes Tertulis, yaitu:
i.                    Kemampuan memilih kata-kata, kekayaan informasi, kemampuan berbahasa, kemampuan memilih ataupun memadukan ide-ide dan proses berpikir peserta tes dapat dilihat dengan nyata.
ii.                   Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik seperti yang disebutkan diatas dapat dibandingkan antara yang satu dengan yang lain.
iii.                 Dalam waktu yang relatif terbatas dapat dilaksanakan tes yang terdiri atas sejumlah besar peserta tes sehingga ekonomis.
iv.                 Memungkinkan dikoreksi oleh lebih dari seorang korektor sehingga lebih objektif.
      Kekurangan pelaksanaan Tes Tertulis, diantaranya:
i.                    Khusus untuk tes bentuk essai, tes tertulis dapat menuntut tugas peserta tes yang lebih berat.
ii.                   Dalam hal tes bentuk essai, maka ketunabahasaan akan merugikan peserta tes yang bersangkutan apabila masalah bahasa diperhitungkan dalam memberi nilai.
iii.                 Yang bersifat massal itu biasanya kurang baik dibandingkan dengan yang individual.
iv.                 Siswa cenderung menuliskan jawabannya secara panjang lebar.


f.       Tes Lisan
      Tes Lisan adalah kebalikan dari pelaksanaan Tes Tertulis, dimana dalam pelaksanaan tesnya pengajar memberikan pertanyaan atau soal secara langsung( tidak tertulis) kepada peserta tes, dan peserta tes memberikan jawaban secara langsung pula.
      Kelebihan pelaksanaan Tes Lisan, yaitu:
i.                    Dapat dilaksanakan secara individual sehingga lebih cermat dan dapat dilakukan “probing” sehingga penguji mampu mengetahui secara pasti dimana posisi hasil belajar peserta didik yang bersangkutan.
ii.                   Kemampuan-kemampuan seperti yang ada pada tes tertulis yang telah diuraikan diatas dapat dipantau secara langsung oleh tenaga pendidik yang menguji.
iii.                 Melalui tes lisan dapat memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah dan dialog aktif.
iv.                 Siswa dapat mengungkapkan argumentasinya secara lebih bebas.
      Kekurangan pelaksanaan Tes Lisan, diantaranya:
i.                    Tidak ekonomis.
ii.                   Jika yang melaksanakan tes hanyalah satu orang, maka akan terjadi subjektifitas yang sukar dikontrol.
iii.                 Bagi peserta tes yang gagap karena karena merasa tegang akan dirugikan dengan cara ini.
iv.                 Memungkinkan tenaga pendidik “main hakim sendiri”
g.      Tes Tindakan (Praktek)
      Pelaksanaan tes yang dilakukan dengan lenih menekankan kepada tindakan peserta tes. Pelaksanaan tes seperti ini disebut Tes Tindakan atau Tes Praktek.
      Kelebihan pelaksanaan Tes Tindakan, yaitu:
i.                      Terjadinya pengecekan terhadap terbentuk atau tidaknya keterampilan yang dirumuskan di dalam TIK.
ii.                  Membuat pergantian suasana sehingga kejenuhan dapat dikurangi/dihilangkan




      Kekurangan pelaksanaan Tes Tindakan, diantaranya:
i.                    Tidak semua bahan dapat diuji praktekkan.
ii.                  Tergolong mahal dan tenaga pendidik dituntut lebih mampu dari siswanya.
iii.                Jika prakteknya tidak dalam keadaan yang sesungguhnya maka siswa cenderung akan main-main/tidak serius atau sebaliknya.
4.      Pemberian Skor
            Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban instrumen menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item dalam instrumen. Angka-angka hasil penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade).
Teknik Pengolahan Data
            Pada umumnya, pengolahan data hasil tes menggunakan bantuan statistik. Menurut Zainal Arifin (2006) dalam pengolahan data hasil test menggunakan empat langkah pokok yang harus di tempuh, yaitu:
a.       Menskor, yaitu memperoleh skor mentah dari tiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban, kunci scoring dan pedoman konversi.
b.      Mengubah skor mentah menjadi skor standar
c.       Menkonversikan skor standar kedalam nilai
d.      Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan realibilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan daya pembeda.
                                       i.              Cara Memberi Skor Mentah untuk Tes Uraian
      Menurut Zainal Arifin (2011:223) system bobot ada dua macam:
Pertama, bobot yang dinyatakan dalam skor maksimum sesuai dengan tingkat kesukarannya. 
Rumus:
                             
Keterangan:
= Jumlah skor
= Jumlah soal




Kedua, bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai dengan tingkat kesukaran soal.
Rumus:

Keterangan:
= Jumlah hasil perkalian X dengan B
= Skor tiap soal
= Bobot sesuai dengan tingkat kesukaran soal
                                     ii.              Cara Memberi Skor Mentah untuk Tes Objektif
Ada dua cara untuk memberikan skor pada bentuk tes objektif, yaitu:
1)      Tanpa Rumus Tebakan (Non-Guessing Formula)
                 Pemberian skor pada tes objektif pada umumnya digunakan apabila soal belum diketahui tingkat kerumitannya. Untuk soal obyektif bentuk true-false misalnya, setiap item diberi skor maksimal 1 (satu). Apabila peserta menjawab benar maka diberikan skor 1 dan apabila salah maka diberikan skor 0.
2)      Menggunakan Rumus Tebakan (Guessing Formula)
        Biasanya rumus ini digunakan apabila soal-soal tes itu pernah diujicobakan dan dilaksanakan sehingga dapat diketahui tingkat kebenarannya.
        Adapun rumus-rumus tebakan, diantaranya:
a)      Bentuk Benar-salah (True or False)
=
        Keterangan:
        = Skor yang dicari
                                    = Jumlah jawaban yang benar
                                    = Jumlah jawaban yang salah




b)      Bentuk Pilihan Ganda (multiple choice)
=
                 Keterangan:
                 = Skor yang dicari
                        = Jumlah jawaban yang benar
= Jumlah jawaban yang salah
= Alternatif  jawaban yang disediakan
= Bilangan tetap
5.      Pengolahan Skor
            Dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi skor standard atau nilai terdapat dua cara yang dapat ditempuh yaitu :
a.       Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada kriterium (Criterion) atau sering juga disebut dengan patokan. Cara pertama ini sering dikenal dengan istilah criterion referenced evaluation. Di dunia pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah Penilain Acuan Patokan (PAP) ada juga yang mengatakan dengan istilah Standar Mutlak.
b.       Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan mengacu pada norma atau kelompok. Cara kedua ini dikenal dengan istilah norm referenced evaluation. Di dalam dunia pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah Penilaian Acuan Norma (PAN)
      Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan berbagai macam skala, misalnya: skala 5 (Stanfive), yaitu nilai standar berskala lima yang dikenal dengan istilah nilai huruf A, B, C, D dan E. Skala sembilan (Stanine) yaitu nilai standar berskala sembilan dimana rentang nilainya mulai dari 1 sampai dengan 9 (tidak ada nilai =0 dan >10), skala sebelas (standard eleven/ eleven points scale) rentang nilai mulai dari 0 sampai dengan 10, z score (nilai standar z), dan T score (nilai standar T).


           Cara Memberi Skor Skala Sikap dan minat belajar siswa, yaitu: guru dapat menggunakan alat penilaian model skala, seperti sikap dan skala minat. Skala sikap dapat menggunakan lima skala, yaitu; Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Tahu (TT), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala yang digunakan 5,4,3,2,1 (untuk pernyataan positif) dan 1,2,3,4,5 (untuk pernyataan negative). Begitupun dengan skala minat, guru dapat menggunakan lima skala, seperti Sangat Berminat (SB), Berminat (B), Sama Saja (SS), Kurang Berminat  (KB), dan Tidak Berminat (TB).
            Cara Memberi Skor untuk Domain Psikomotor, guru dapat menggunakan tes tindakan melalui simulasi, unjuk kerja atau tes identifikasi. Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah skala penilaian yang terentang dari Sangat Baik (5), Baik (4), Cukup (3), Kurang Baik (2), sampai dengan Tidak Baik.
6.      Petunjuk-petunjuk Pengadministrasian Tes
a.      Petunjuk Umum
      Petunjuk-petunjuk berikut harus diperhatikan sungguh-sungguh dalam pengadministrasian tes:
i.                    Dalam memberikan tes jangan sampai menyimpang dan prosedur yang telah digariskan dalam manual ini. Penyimpangan sedikit saja dapat mempengaruhi nilai ilmiah tes itu.
ii.                  Usahakanlah untuk memegang teguh pada kata-kata dan/atau kalimat-kalirnat yang sudah dicantumkan dalam petunjuk-petunjuk khusus dan setiap tes. Petunjuk-petunjuk itu menuntun secara jelas apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus dikatakan oleh pemberi tes (tester) kepada yang mengerjakan tes (testee). Petunjuk-petunjuk yang harus dikatakan itu dicetak dalam huruf besar dan harus diberikan secara verbatim (kata demi kata, kalimat demi kalimat, apa adanya).
iii.                Pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh testee selama mereka menerima penjelasan tentang contoh-contoh soal atau soal-soal latihan harus dijawab dengan pedoman sebagai berikut:
1)      Jika pertanyaan-pertanyaan itu berhubungan dengan penjelasan sesuai jawaban soal, maka petunjuk-petunjuk yang berhubungan dengan itu harus dibaca kembali, jangan diubah, ditambah dan/atau dikurangi.

2)       Jika pertanyaan itu berhubungan dengan detail-detail dan prosedur, misalnya dimana jawaban-jawaban itu harus dimasukkan maka hal itu dapat dijawab secara langsung. Tegaskan kepada mereka bahwa tidak akan ada jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan semacam itu, setelah mereka mulai mengerjakan tes.
iv.                Disamping memegang teguh pada petunjuk-petunjuk khusus, maka harus dicegah adanya gangguan-gangguan perasaan atau kesehatan, misalnya perasaan: takut, tegang, tertekan, bingung dan sebagainya pada testee. Hal itu dapat dicapai dengan jalan menyelenggarakan kegiatan itu sebagai kegatan sekolah yang wajar dan bukan sebagai kejadian yang istimewa atau khusus.
v.                  Jagalah, jangan sampai testee melihat soal-soal tes sebelum waktu mengerjakan tiba. Usahakan sunguh-sungguh jangan sampai testee saling dapat melihat atau mencontek satu dengan lainnya selama mereka mengerjakan tes.
vi.                Pakailah stopwatch atau petunjuk waktu lainnya asalkan ada petunjuk/jarum detik. Jika bukan stopwatch yang dipakai catatlah dengan teliti waktu mulai dan berakhirnya tes sekaligus. Batas waktu (time limit) untuk setiap bagian tes harus ditepati dengan teliti dan sungguh-sungguh.
vii.              Untuk menulis jawaban tes yaitu dengan cara memberi tanda silang (X), dengan menggunakan pensil, ball-point atau pulpen. Cadangan untuk alat-alat tulis itu Iebih baik disiapkan bila sewaktu-waktu diperlukan.
b.      Petunjuk Khusus
      Langkah-Iangkah pemberian tes berikut ini harus dilaksanakan secara hierarkis oleh pemberi tes (tester). Adapun Iangkah-Iangkahnya adalãh sebagal berikut:
Langkah I: Meneliti bahan-bahan testing
     Meneliti macam dan jumlah bahan-bahan testing yang diterima yaitu: buku tes, lembar jawaban, berita acara testing. Terutama buku tes, jumlah yang dibagikan harus benar-benar diperhatikan.


Langkah II: Mengatur tempat duduk siswa
     Memeriksa kemudian mengatur (jika diperlukan) apakah murid-murid sudah duduk di tempatnya masing-masing, atau sudah duduk sedemikian rupa sehingga tidak ada kemungkinan untuk saling mencontek.
Langkah III: Membentuk rapport (hubungan baik) dan memberi motivasi murid
     Jelaskan kepada mereka darimana Saudara berasal dan apa tujuan Saudara memberikan tes. Di dalam membentuk rapport dan memberi motivasi ini hendaknya situasi dibuat sesantai mungkin agar murid dalam mengerjakan tes tidak terlalu tegang.
Langkah IV: Membagi buku tes dan lembar jawaban
     Jelaskah kepada murid-murid bahwa untuk mengerjakan tes disediakan lembar jawaban tersendiri di samping buku tesnya. Untuk itu perlihatkan kepada siswa, mana yang buku tes dan mana yang Iembar jawabannya.
            Katakan kepada siswa bahwa buku tes harus tetap bersih, tidak boleh di coret-coret dalam bentuk apapun. Tegaskan kepada mereka bahwa semua jawaban harus ditulis atau diberikan dalam lembar yang telah disediakan dan sesual dengan nomor soalnya. Selanjutnya (apabila murid-nurid telah jelas dengan cara mengerjakan tes) katakan kepada mereka lembar jawaban dan buku tes akan dibagikan. Terlebih dahulu yang diberikan adalah lembar jawaban. Apabila murid telah menerima lembar jawaban, tuntunlah mereka untuk menuliskan identitas pribadinya (Namanya, jenis kelaminnya, dsb. Sebagaimana yang tercantum dalam lembar jawaban).
Langkah V: Pemberi tes (tester) harus tahu pasti, bahwa murid-murid mengerti dan mengindahkan perintah itu. Buku tes harus diletakkan terbalik sehingga mereka tidak dapat membacanya.


KESIMPULAN
Dalam penyusunan perangkat tes yang akan digunakan, perlu mempertimbangkan dua hal utama, yaitu :
1.   Penggandaan Naskah Tes
2.   Penyuntingan Naskah Tes
Dalam pengadministrasian tes haruslah mempertimbangkan berbagai cara dalam pelaksaan tes. Cara pelaksanaan tes tersebut meliputi :
1.   Open Books
2.   Close Books
3.   Tes Diumumkan
4.   Tes Dirahasiakan
5.   Tes Lisan
6.   Tes Tertulis
7.   Tes Tindakan Atau Tes Praktek
     Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban instrumen menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item dalam instrumen. Angka-angka hasil penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade).
     Dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi skor standard atau nilai terdapat dua cara yang dapat ditempuh yaitu :
1.   Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada kriterium (Criterion) atau sering juga disebut dengan patokan. Cara pertama ini sering dikenal dengan istilah criterion referenced evaluation. Di dunia pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah Penilain Acuan Patokan (PAP) ada juga yang mengatakan dengan istilah Standar Mutlak.
2.   Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan mengacu pada norma atau kelompok. Cara kedua ini dikenal dengan istilah norm referenced evaluation. Di dalam dunia pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah Penilaian Acuan Norma (PAN).



DAFTAR PUSTAKA

counseling. (2010, 04). Dikutip 14-04-2016 pukul 9:08:35, dari http://counselingc1.blogspot.com/2010/04/petunjuk-petunjuk-pengadministrasian.html
Emiwln. (2014, 01). Dikutip 27-02-2016 pukul 14:09:53 , dari http://emiwln.blogspot.com/2014/01/pengadministrasian-tes.html







1 komentar:

  1. Mantap ka!! Ulun dari prodi p.mtk ulm angkatan 16, yg kebetulan matkul ini diasuh sama ibu Agni dan ibu Dini juga

    BalasHapus