Minggu, 23 Juli 2017

Authentic Assesment dan Penilaian Alternatif



MAKALAH

PENILAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

(AKPC1402)
AUTHENTIC ASSESSMENT, PENILAIAN ALTERNATIF



DOSEN PEMBIMBING:
Dra. Hj. Agni Danaryanti, M.Pd
Asdini Sari, M.Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
Hujjah Hanifa (A1C114023)
Rahmawati (A1C114046)
Rasmita (A1C114049)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016


AUTHENTIC ASSESMENT (PENILAIAN AUTENTIK) dan PENILAIAN ALTERNATIF
  1. Authentic Assesment (Penilaian Autentik)
1.      Pengertian Penilaian Autentik
Pada awalnya istilah penilaian autentik diperkenalkan oleh Wiggins tahun 1990 untuk menyesuaikan dengan yang biasa dilakukan orang dewasa sebagai reaksi (menentang) penilaian berbasis sekolah seperti mengisi titik-titik, tes tertulis, tes pilihan ganda, maupun kuis jawaban singkat. Jadi dikatakan autentik dalam arti sesungguhnya atau realistis.
Penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain, assessment autentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata. Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian autentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas. Pelaksanaan penilaian autentik tidak lagi menggunakan format-format penilaian tradisional (multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil test), tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi dalam memecahkan suatu masalah.
Sehingga dapat disimpulkan, penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.





2.      Ciri-ciri Penilaian Autentik
Ciri-ciri penilaian autentik diantaranya:
a.       Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
b.      Mempersyaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan.
c.       Penilaian terhadap produk atau kinerja.
d.      Tugas-tugas kontekstual dan relevan.
3.      Tujuan Penilaian Autentik
Tujuan dilaksanakanya penilaian autentik, yaitu:
a.       Penilaian autentik bertujuan mengevaluasi kemampuan siswa dalam konteks dunia nyata. Dengan kata lain, siswa belajar bagaimana mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya ke dalam tugas-tugas yang autentik. 
b.      Melalui penilaian autentik ini, diharapkan berbagai informasi yang absah/benar dan akurat dapat terjaring berkaitan dengan apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa atau tentang kualitas program pendidikan.
4.      Manfaat Penilaian Autentik
Manfaat dilaksanakannya penilaian autentik, diantaranya:
a.       Bagi siswa
Manfaat dilaksanakannya penilaian autentik bagi siswa, yaitu dapat mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik mereka, mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka, seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, menangani teknologi dan berfikir sistematis, menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka dan masyarakat luas, mempertajam keahlian berfikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat mereka menganalisis, memadukan, dan mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi dan mengikuti hubungan sebab akibat, menerima tanggung jawab dan membuat pilihan, berhubungan dan kerja sama dengan orang lain dalam membuat tugas, dan belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri (Newmann & Wehlage, 1993; Jonshon, 2009).






b.      Bagi guru
Manfaat dilaksanakannya penilaian autentik bagi guru, yaitu penilaian autentik bisa menjadi tolak ukur yang komprehensif mengenai kemampuan siswa dan seberapa efektif metode yang diberikan kepada siswa bisa dijalankan. Oleh karena itulah, penerapan authentic assessment sebagai alat evaluasi hasil belajar di sekolah-sekolah ataupun level universitas penting untuk diperhatikan agar siswa tidak hanya sekedar menjadi pembelajar saja, namun pada akhirnya pencapaian prestasi diikuti dengan kemampuan mengaplikasikan kemampuan yang dimilikinya ke dalam dunia nyata. 
5.      Bentuk Penerapan Penilaian Autentik
Bentuk-bentuk penerapan penilaian autentik, diantaranya sebagai berikut:
a.       Pada umumnya pendidik mengenal 4 macam asesmen autentik, yaitu portofolio, perbuatan atau kinerja, proyek, dan respon tertulis secara luas (Johnson, 2002).
b.      Asesmen autentik dapat mencakup aktivitas yang beragam seperti wawancara lisan, tugas problem solving kelompok, pembuatan portofolio (Hart, 1994). Dalam cara lain dinyatakan pula bahwa cara-cara asesmen dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu observasi, contoh-contoh perbuatan, serta tes dan prosedur berupa tes atau pengukuran prestasi peserta didik pada suatu waktu maupun tempat tertentu.
c.       Peserta didik untuk mengilustrasikan informasi akademik yang telah dipelajarinya, misalnya dalam bidang  matematika, sains, pendidikan, kesehatan, dan bahasa inggris, dengan merancang sebuah presentasi tentang emosi orang (Johnson, 2002).
d.      Asesmen autentik memberikan kesatuan utuh tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang dijumpai dalam aktivitas pembelajaran yang paling baik, seperti melakukan penelitian, menulis, merevisi, dan mendiskusikan masalah. Asesmen autentik juga mengikuti apakah peserta didik dapat terampil memberikan jawaban perbuatan atau produk yang seksama dan yang dapat dipertanggung jawabkan. Asesmen autentik menjadi valid dan reliabel dengan cara menekankan dan membakukan kriteria produk yang sesuai (Grant, 1990).




6.      Strategi Penilaian Autentik
a.    Penilaian kinerja (Performance assessment) yang dikembangkan untuk menguji kemampuan siswa dalam mendemonstrasikan pengetahuan pada berbagai situasi nyata dan konteks tertentu. 
b.   Observasi sistematik atau investigasi jangka pendek (System Observation – short investigation) yang bermanfaat untuk menyajikan informasi tentang dampak aktivitas pembelajaran terhadap sikap siswa. 
c.    Pertanyaan terbuka. Sama halnya observasi sistematik, ia memberikan stimulus dan bertanya kepada siswa untuk memberikan tanggapan. Tanggapan ini dapat berupa:
·         Suatu tulisan singkat atau jawaban lisan
·         Suatu pemecahan matematik
·         Suatu gambar
·         Suatu diagram, grafik. 
d.   Portofolio (Portofolio) adalah kumpulan dari berbagai keterampilan, ide, minat dan keberhasilan/prestasi siswa selama jangka waktu tertentu (Hart, 1994). Koleksi tersebut memberikan gambaran perkembangan siswa setiap saat. 
e.    Kajian/penilaian pribadi (self assessment). Siswa untuk mengevaluasi partisipasi, proses dan produk mereka. Pertanyaan evaluatif merupakan alat dasar dalam kajian pribadi. 
f.    Jurnal (Journal) merupakan suatu proses refleksi dimana siswa berpikir tentang proses belajar dan hasilnya, kemudian menuliskan ide-ide, minat dan pengalamannya. Dengan kata lain jurnal membantu siswa dalam mengorganisasikan cara berpikirnya dan menuangkannya secara eksplisit dalam bentuk gambar, tulisan dan bentuk lainnya.
7.      Alat yang Digunakan pada Penilaian Autentik
Custer (1994), Lazar dan Bean (1991), Rerf (1995), serta Rudner dan Boston (1994) menyatakan bahwa beberapa alat yang digunakan pada asesmen autentik, diantaranya:
a.       Ceklist, yaitu tentang tujuan pembelajar, kemajuan menulis/membaca, kelancaran menulis dan membaca, kontak pembelajaran, dan sebagainya
b.      Simulasi
c.       Essay dan contoh penulisan lain
d.      Demonstrasi atau perbuatan
e.       Wawancara masuk dan kemajuan
f.       Presentasi lisan
g.      Evaluasi oleh instruktur sejawat yang lainnya baik informal maupun formal,
h.      Asesmen sendiri
i.        Pertanyaan-pertanyaan untuk respon yang tergagas.
8.      Penyekoran Penilaian Autentik
Penyekoran Asesmen Autentik Menurut Hart (1994), penyekoran asesmen autentik yaitu sebagai berikut:
a.       Menekankan penyekoran berdasarkan suatu standar yang digunakan bersama.
b.      Mengungkap dan mengidentifikasi kekuatan siswa, bukan menunjukkan kelemahan mereka.
c.       Di skor berdasarkan standar kinerja yang jelas, bukan dengan acuan norma.
d.      Mengakses proses dan kompetensi secara rutin.
e.       Menggalakkan siswa untuk melakukan kebiasaan menilai diri sendiri.
Alat yang dipakai untuk membantu guru melakukan penyekoran adalah rubrik penyekoran. Rubrik penyekoran adalah suatu set kriteria yang digunakan untuk menyekor atau menempatkan posisi siswa pada tes, portofolio, atau kinerja. Rubrik penyekoran mendeskripsikan tingkat kinerja yang diharapkan dicapai siswa secara relatif. Jadi, deskripsi kinerja-kinerja siswa dan bagaimana menempatkan kinerja tersebut dalam suatu rentangan nilai yang telah ditetapkan sebelumnya.
9.      Perbedaan Penilaian Autentik  dengan Penilaian Tradisional

Penilaian Autentik







Oval: Komprehensif

 



Oval: Belajar           


 
Oval: Menilai           



            Penilaian Tradisional
                                

10.  Aspek-aspek Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Matematika
Semangat kurikulum sekarang mengamanatkan bahwa kompetensi harus meliputi tiga ranah, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan dari semua bidang. Oleh karena itu perlu adanya jabaran mengenai aspek penilaian autentik dalam matematika. Secara khusus aspek yang akan dimunculkan dalam untuk mengetahui kualitas belajar matematika adalah:
a.       Pemahaman konsep matematika
b.      Keterampilan matematika
c.       Kemampuan pemecahan masalah
d.      Sikap matematis.
11.  Tekhnik dan Instrumen dalam Penilaian Autentik
Berbagai macam cara untuk memperoleh informasi kemampuan atau kualitas belajar siswa dalam rangka penilaian autentik. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:
mutadi3

B.     Penilaian Alternatif
1.      Pengertian Penilaian Alternatif
Penilaian alternatif diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non-tradisional untuk memberi penilaian kinerja atau hasil belajar siswa. Istilah tradisional yang digunakan dalam konteks pengertian diatas terutama tes baku yang menggunakan perangkat tes objektif. Ada kalanya istilah penilaian alternatif diidentikkan dengan penilaian istilah lain seperti penilaian autentik dan penilaian kinerja. Disebut sebagai penilaian autentik karena penilaian alternatif sengaja dirancang untuk menjamin keaslian dan kejujuran penilaian serta hasilnya terpecaya. Disebut penilaian kinerja, karena siswa diminta menunjukkan penguasaannya tentang bidang ilmu tertentu, menjelaskan dengan kata-kata dan caranya sendiri tentang peristiwa tertentu.
Penilaian alternatif menuntut siswa untuk menunjukkan keterampilan dan pengetahuan yang tidak dapat dinilai dengan menggunakan penilaian berupa tes. Penilaian alternatif berusaha untuk mambuat siswa berpikir kritis dan evaluasi keterampilan dengan meminta siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas terbuka yang sering mengambil lebih dari satu periode kelas untuk menyelesaikan.
Ada beberapa alasan memilih untuk memanfaatkan tes atau penilaian alternatif, baik dalam proses maupun dalam produk proses pembelajaran yaitu:
a.       Keberhasilan atas terjadinya perubahan lebih tergantung pada kerja keras dibandingkan penjejalan pelajaran dimenit terakhir.
b.      Bentuk ini lebih menghargai yang konsisten, karena menuntut keterlibatan dalam proses pembelajaran secara langsung.
c.       Penilaian ini menuntut respon segera dari guru.
d.      Penilaian ini menuntut guru melakukan komunikasi yang lebih baik, lebih terbuka,  dan lebih jelas terhadap siswa.
e.       Moodel penilaian ini dapat memotivasi untuk bekerja dengan cara dan gaya yang berbeda sesuai dengan kecendrungan masing- masing.
f.       Model penilaian ini dapat mengurangi “jarak” hubungan yang berbeda antara fungsi guru dan siswa, dan dapat meciptakan hubungan yang akrab antara kedua belah pihak.

g.      Model penilaian ini diyakini lebih adil, lebih mudah mengukur kompetensi, kualitas, dan keahlian, serta bernilai dalam konteks eksternal.
h.      Menggunakan metode penilaian standar membuat aktivitas mendekati kehidupan nyata.
  1. Landasan Psikologis Penilaian Alternatif
Penilaian alternatif tidak hanya menilai hasil belajar, tetapi dapat member informasi secara lengkap tentang proses pembelajaran. penilaian alternatif tidak hanya menilai produk belajar saja tetapi juga menilai proses belajar untuk menghasilkan kemampuan produk tersebut.
Penilaian alternatif dilaksanakan berdasarkan teori belajar khususnya dari aliran psikologi kognitif. Beberapa teori belajar yang digunakan sebagai landasan dalam pelaksanakan penilaian alternatif adalah:
a.       Teori fleksibilitas kognitif dan R.spiro (1990)
b.      Teori belajar Bruner (1966)
c.       Generative learning model dari Osborne dan wittrock (1983)
d.      Experiential learning theory dari c rogers (1969)
e.       Multiple intelligent theory dari Howard gardner (1983)
  1. Fungsi Penilaian Alternatif
a.       Sebagai pemantauan kemampuan dan kinerja siswa .
b.      Sebagai proses yang melibatkan siswa dan guru dalam melakukan penilaian tentang kemajuan siswa dalam bahasa menggunakan strategi non-konvensional.
c.       Untuk menilai kompetensi, termasuk orang-orang yang melibatkan individu dalam membuat  penilaian diri.
d.      Sebagai kemampuan untuk melakukan berbagai occupationally atau profesional yang relevan dengan tugas-tugas komunikatif.
e.       Melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan tentang mana lembar kerja mereka untuk menilai, dan untuk menjamin bahwa umpan balik disediakan.
  1. Karakteristik Penilaian Alternatif
Karateristik utama penilaian alternatiF tidak hanya mengukur belajar siswa, tapi secara lengkap memberi informasi yang lebih jelas tentang proses pembelajaran. Berikut ialah empat asumsi pokok penilaian kinerja, yaitu:

a.       Didasarkan pada partisipasi aktif siswa.
b.      Tugas-tugas yang diberikan/dikerjakan oleh siswa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran.
c.       Penilaian tidak hanya mengetahui posisi siswa dalam proses pembelajaran, melainkan juga untuk memperbaiki proses pembelajaran.
d.      Dengan mengetahui lebih dulu kriteria yang digunakan, siswa akan terbuka dan aktif berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Ada banyak cara untuk mengimplementasikan penilaian alternative dalam kelas. Walau bagaimanapun penilaian alternative mungkin akan menunjukkan sebagian besar karakteristik ini:
a.       Penilaian ini didasarkan pada tugas-tugas otentik yang menunjukkan kemampuan peserta didik untuk mencapai tujuan komunikasi
b.      Instruktur dan peserta fokus pada komunikasi, bukan pada jawaban yang benar dan yang salah.
c.       Membantu peserta didik untuk menetapkan kriteria untuk berhasil menyelesaikan tugas komunikasi
d.      Peserta didik memiliki kesempatan untuk menilai diri mereka sendiri dan rekan-rekan mereka.
e.       Meminta para siswa untuk melakukan, menciptakan atau menghasilkan sesuatu.
f.       Mendorong siswa dalam merefleksikan diri.
g.      Mengukur hasil signifikansi.
h.      Mampu berpikir tingkat tinggi dan keterampilan pemecahan masalah.
i.        Menggunakan tugas-tugas yang mewakili kegiatan instruksional bermakna.
j.        Memanggil aplikasi dunia nyata.
k.      Menggunakan penilaian manusia (bukan mesin) untuk skor.
l.        Memerlukan peran instruksional dan penilaian untuk guru.
m.    Memberikan kesempatan penilaian diri bagi siswa.
n.      Menyediakan kesempatan bagi individu maupun kerja kelompok.
o.      Mendorong siswa untuk melanjutkan aktivitas belajar di luar ruang lingkup penugasan.
p.      Eksplisit mendefinisikan kriteria kinerja.
q.      Membuat penilaian sama pentingnya dengan kurikulum dan pengajaran.


5.      Jenis-jenis penilaian Alternatif
Empat variasi penilaian alternatiF adalah penilaian kinerja, penilaian portofolio, penilaian proyek dan penilaian investigasi. Dalam situasi tertentu, lebih dari satu bentuk mungkin terlibat.
i.        Penilaian Kinerja (performance assessment)
Performance assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh dikatakan bahwa performance assessment adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Istilah ini mengacu pada berbagai kegiatan penilaian guru yang memberikan kesempatan untuk mengamati siswa menyelesaikan tugas-tugas dengan menggunakan keterampilan yang sedang dinilai. Sebagai contoh, di kelas sains, daripada mengambil tes pilihan ganda tentang eksperimen ilmiah, siswa benar-benar melakukan percobaan laboratorium dan menulis tentang proses dan pilihan-pilihan mereka dalam laporan laboratorium.
Tujuan tugas dalam penilaian unjuk kerja adalah untuk mengetahui apakah yang diketahui siswa dan apakah yang mereka lakukan. Penilaian unjuk kerja bisa dimulai secara perlahan dan teratur. Akan tetapi karena penilaian unjuk kerja menilai pemahaman siswa, maka lebih baik mengunakan penilaian dengan komentar dari pada nilai numerik. Sebab nilai memberi kesan pada siswa bahwa pekerjaan itu berhasil, sebagian, atau tidak sama sekali. Komentar guru dapat memberikan pandangan pada siswa akan pemahamannya dan merupakan dasar pekerjaan berikutnya. Langkah–langkah penilaian kinerja, yaitu:
a.       Melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.
b.      Menuliskan perilaku kemampuan–kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik.
c.       Membuat kriteria–kriteria kemampuan yang akan diukur jangan terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas.
d.      Mendefinisikan kriteria kemampuan–kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan.
e.       Urutkan kriteria–kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati.
f.       Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria–kriteria kemampuan yang dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.
Metode yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
a.       Metode holistik, digunakan apabila para penskor (rater) hanya memberikan satu buah skor atau nilai ( single rating) berdasarkan penilaian mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta.
b.       Metode analytic, para penskor memberikan penilaian (skor) pada berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang dinilai. Dapat menggunakan checklist dan rating scale.
ii. Penilaian Portofolio
            Penilaian portofolio adalah proses yang berkesinambungan yang melibatkan siswa dan guru dengan memilih sampel karya siswa untuk dimasukkan dalam koleksi, tujuan utamanya adalah untuk kemajuan siswa. Portofolio merupakan kumpulan atau berkas pilihan yang dapat memberikan informasi bagi suatu penilaian. Portofolio biasanya terdiri dari pekerjaan yang telah menyelesaikan lebih dari satu periode penilaian atau semester.
a.       Tujuan Portofolio
Tujuannya ditetapkan berdasarkan apa yang harus dikerjakan dan siapa yang akan menggunakan jenis portofolio. Dalam penilaian kelas, portofolio dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain :

1)      Menghargai perkembangan yang dialami siswa.
2)      Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung.
3)      Memberi perhatian pada prestasi kerja siswa yang terbaik.
4)      Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi.
5)      Meningkatkan efektifitas proses pengajaran.
6)      Bertukar informasi dengan orangtua/wali siswa dan guru lain.
7)      Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada siswa.
8)      Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri, dan membantu siswa dalam merumuskan tujuan.
b.      Prinsip Portofolio
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam menggunakan portofolio disekolah, antara lain :
1)   Saling percaya (mutual trust) antara guru dan siswa.
2)   Kerahasiaan bersama (confidentiality) antara guru dan siswa.
3)   Milik bersama (join ownership) antara siswa dan guru.
4)   Kepuasan (satisfaction).
5)   Kesesuaian (relevance).
6)   Penilaian proses dan hasil
c.       Metode Portofolio
Pengorganisasian  dalam penilaian portofolio adalah hal yang sangat penting. Terdapat beberapa cara portofolio, tetapi semuanya mengandung hal yang paling penting, yaitu :
1)      Pengumpulan (storing),
2)      Pemilihan (sorting),
3)      Penetapan (dating) dari suatu tugas (task).




Menurut Nitko (2000), secara umum penilaian portofolio dapat dibedakan menjadi 5 bentuk, yaitu :
1)      Portofolio ideal (ideal portfolio)
2)      Portofolio penampilan ( show portfolio)
3)      Portofolio dokumentasi (documentary portfolio)
4)      Portofolio evaluasi (evaluation portfolio)
5)      Portofolio kelas ( classroom portfolio)
Karakteristik perubahan portofolio siswa dari waktu ke waktu akan merefleksikan perubahan penting dalam suatu proses kemampuan intelektual siswa. Walaupun hasil portofolio bergantung kepada penampilan (performance) siswa, umtuk membedakan penilaian penampilan minimal terdapat 4 aspek penting, yaitu :
1)       Portofolio memilki rekaman kinerja siswa di kelas untuk mencapai kondisi standar yang diperlukan.
2)       Portofolio menunjukan kesempatan ganda bagi siswa untuk mendemonstrasikan kompetensinya.
3)       Portofolio selalu menunjukkan perbedaan bentuk dari tugas yang diberikan.
4)       Sampel portofolio adalah suatu hasil dari usaha lanjut untuk memperbaiki hasil dan proses yang telah dikerjakan siswa.
d.      Pedoman Penilaian Portofolio
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh guru dalam penggunaan penilaian porfolio di sekolah sebagai berikut :
1)      Memastikan bahwa siswa memiliki berkas portofolio
·         Menentukan bentuk dokumen atau hasil pekerjaan yang perlu dikumpulkan.
·         Siswa mengumpulkan dan menyimpan dokumen dan hasil pekerjaannya.
·         Menentukan kriteria penilaian yang digunakan.
·         Mengaruskan siswa menilai hasil pekerjaannya sendiri secara berkelanjutan.
·         Menetukan waktu dan menyelenggarakan pertemuan portofolio.
·         Melibatkan orangtua dalam proses penilaian portofolio.
2)      Bahan penelitian
·         Penghargaan tertulis
·         Penghargaan lisan
·         Hasil kerja biasa dan hasil pelaksanaan tugas-tugas oleh siswa
·         Daftar ringkasan hasil pekerjaan
·         Catatan sebagai hasil pekerjaan
·         Catatan sebagai peserta dalam suatu kerja kelompok
·         Contoh hasil pekerjaan
·         Catatan / laporan dari pihak yang relevan
·         Daftar kehadiran
·         Hasil ujian / tes
·         Persentase tugas  yang telah selesai dikerjakan
·         Catatan tentang peringatan yang diberikan guru manakala siswa melakukan kesalahan.
            iii. Penilaian Proyek
Proyek merupakan cara yang tepat untuk melibatkan siswa lebih jauh dalam penyelesaian masalah. Proyek dapat melibatkan siswa dalam situasi terbuka yang memberikan hasil yang beragam, atau mengiring murid untuk memikirkan pertanyaan atau hipotesis yang membutuhkan penelusuran (investigasi) lebih jauh. Proyek juga memberi peluang bagi siswa untuk menggali ide ilmiah menggunakan ilmu fisika atau teknologi seperti sensor elektronik, kalkulator grafik dan komputer.



Dengan kata lain proyek yang dimaksud berfokus pada konsep dan prinsip inti sebuah disiplin yang memfasilitasi siswa untuk berinvestigasi, pemecahan masalah, dan tugas-tugas bermakna lainnya yang dapat menghasilkan suatu produk nyata. Proyek yang terlibat dalam konsep pemecahan masalah dapat digunakan siswa untuk menggali, belajar, berfikir, dan mencari ide yang mengembangkan pemahaman mareka dalam semua konsep penting dari suatu pembelajaran.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
a.       Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
b.      Relevansi  
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
c.       Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap peserta didik.
Proyek dapat dilakukan siswa selama masa sekolah, dimana siswa dapat berkolaborasi dengan guru satu atau dua orang, tetapi siswa melakukan investigasi dalam kelompok kolaboratif antara 4-6 orang. Keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dan dikembangkan oleh siswa dalam tim adalah merencanakan, mengorganisasikan, negosiasi, dan membuat konsesus tentang tugas yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan apa, dan bagaimana mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam berinvestigasi. Keterampilan yang dibutuhkan dan yang akan dikembangkan oleh siswa merupakan keterampilan yang esensial sebagai landasan untuk keberhasilan hidupnya. Oleh karena hakikat proyek ini adalah kolaboratif, maka pengembangan keterampilan tersebut seyogyanya ditujukan untuk semua tim.
Menurut Lacy Snead dan Ed Dickey, jika siswa telah mengatur pelaksanaan proyek, artinya mereka telah mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
·         Menulis gambaran dari proyek
·         Mengidentifikasi prosedur yang diperlukan
·         Menetapkan dalam hal membuat rekaman dari kerja mereka,
·         Menyatakan hasil
iv. Penilaian Investigasi
Dalam investigasi ini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengembangkan sikap dan pengetahuannya tentang matematika sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga akibatnya memberikan hasil belajar yang lebih bermakna pada siswa. Investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang/kelompok, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil. Dengan kata lain bahwa investigasi adalah kegiatan menyebar (divergen activity) dimana para siswa lebih diberikan kesempatan untuk memikirkan, mengembangkan, menyelidiki hal-hal menarik yang mengusik rasa keingintahuan mereka.
Langkah-langkah pembelajaran investigasi menurut Vui (2001):
a.       Pendahuluan dengan masalah. Buatlah siswa tertarik dengan memotivasi yang baik dan membuat situasi yang dapat membangkitkan semangat.
b.      Mengklarifikasi masalah. Gunakan pertanyaan untuk menggambarkan pertanyaan matematika yang pokok yang terdapat dalam masalah.


c.       Mendesain Investigasi. Guru membimbing siswa, baik secara individual maupun kelompok untuk memilih pemecahan masalah yang tepat yang paling memuaskan. Contoh: Apa yang akan kita cari dari masalah itu ? Bagaimana kita dapat mencoba untuk memecahkan masalah ? Apa pemecahan masalah yang tepat yang mungkin berguna?
d.      Melaksanakan investigasi. Para siswa membuat dan menguji hipotesis, mendiskusikan dan guru harus memberi pertanyaan-pertanyaan untuk membimbing siswa.
e.       pembelajaran. Para siswa membutuhkan waktu untuk mempresentasikan temuan mereka dan menjelaskan beberapa teori yang dimiliki siswa mengenai temuannya.
Menurut pendapat Hopkin (1996), langkah-langkah investigasi matematika yang diterapkan adalah:
a.       Pertama-tama siswa dihadapkan pada masalah yang problematis;
b.      Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan eksplorasi/kajian sebagai respon terhadap masalah yang problematis itu;
c.       Siswa merumuskan tugas-tugas belajar dan mengorganisasikan kegiatan belajarnya;
d.      Siswa melakukan kegiatan belajar baik secara kelompok atau mandiri;
e.       Siswa menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam belajar; dan
f.       Siswa mengecek ulang hasil belajarnya agar dapat menarik simpulan atau mungkin diperlukan kajian atau eksplorasi ulang.
Keuntungan bagi siswa dengan adanya investigasi antara lain:
a.       Keuntungan pribadi
o   Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas.
o   Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif dan aktif.
o   Rasa percaya diri dapat lebih meningkat.
o   Dapat belajar untuk memecahkan masalah, manangani suatu masalah.
o   Mengembangkan antusiasme dan rasa tertarik pada matematika.
b.      Keuntungan sosial
·         Meningkatkan belajar bekerja sama.
·         Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun dengan guru.
·         Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis.
·         Belajar mengahrgai pendapat orang lain.
·         Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan.
c.       Keuntungan akademis
·         Siswa terlatih untuk mempertanggung jawabkan jawaban yang diberikannya.
·         Bekerja secara sistematis.
·         Mengembangkan dan melatih keterampilan matematika dalam berbagai bidang.
·         Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya.
·         Mencek kebenaran jawaban yang mereka buat.
·         Selalu berfikir tentang cara/strategi yang digunakan sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.
Adapun peran guru adalah sebagai berikut:
·         Memberikan informasi dan instruksi yang jelas.
·         Memberikan bimbingan seperlunya dengan menggali pengetahuan siswa yang menunjang pada pemecahan masalah (buakan menunjukkan cara penyelesaiannya).
·         Memberikan dorongan sehiongga siswa lebih termotivasi.
·         Menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh siswa.
·         Memimpin diskusi pada pengambilan keputusan akhir. 
Sejalan dengan pendekatan investigasi secara ilmiah, maka bentuk tagihan yang paling sesuai adalah soal menyangkut pemecahan masalah, sehingga langkah-langkah pembuatan soal investigasi adalah sebagaimana langkah-langkah baku dalam pembuatan soal pada umumnya, yaitu:
·         Menetapkan tujuan investigasi.
·         Menetapkan ruang lingkup investigasi.
·         Perumusan indikator investigasi.
·         Penyusunan kisi-kisi.
·         Penulisan butir soal investigasi.
·         Merakit soal dalam bentuk instrumen tes dan penentuan pedoman pemarkaan (rublik).
·         Mengujikan tes pada siswa.
·         Memeriksa tes yang sudah dikerjakan siswa.
·         Menganalisis butir dan perangkat soal.
·         Merevisi soal-soal dan mendokumentasikan soal.
Bersamaan dengan perakitan soal investigasi, maka terlebih dulu diterapkan rublik (pedoman penskoran) yang untuk itu dapat digunakan analytic scoring scale sebagai berikut:
Kriteria     :
Skor          :
Komentar :
o   Pemahaman dan pengorganisasian (C/O)
§  Menginterpretasikan tugas
§  Memilih pendekatan sistematis, membuat tabel, mengorganisasikan fakta
§  Mengetahui bahwa konjektur perlu dibuktikan
o   Pelaksanaan tugas (C/T)
§  Mengenal pola yang sesuai
§  Menggunakan lambang untuk membuat dugaan (konjektur)
§  Menguji dugaan untuk kasus atau membuktikan dugaan (konjektur)
o   Komunikasi (C)
§  Argumen yang jelas dan logis menonjolkan butir-butir yang penting, misalnya dalam menentukan kesimpulan
§  Memberikan alasan yang jelas dan singkat untuk strategi yang digunakan.
(Tim Instruktur PKG Matematika SMU, 1994)

  1. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Alternatif
§  Kelebihan Penilaian Alternatif
o   Dapat menilai hasil belajar yang kompleks dan ketrampilan-ketrampilan yang tidak dapat dinilai dengan asesmen tradisional.
o   Menyajikan hasil penilaian yang lebih hakiki, langsung, dan lengkap dengan melakukan asesmen anda akan dapat menilai hasil belajar anak secara lengkap, tidak hanya hasil belajar dalam ranah kognitif tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. 
o   Meningkatkan motivasi siswa.
o   Mendorong pembelajaran dalam situasi yang nyata.Asesmen Alternatif menekankan kepada apa yang dapat ditunjukan atau dikerjakan oleh siswa bukan apa yang diketahui siswa.
o   Memberi kesempatan kepada siswa untuk selfvaluation. 
o   Membantu guru untuk menilai efektifitas pembelajaran yang telah dilakukan.
o   Meningkatkan daya transferabilitas hasil belajar.
§  Kekurangan Penilaian Aternatif
o   Membutuhkan banyak waktu
o   Adanya unsure subjektifitas dalam penskoran
o    Ketetapan penskoran rendah
o   Tidak tepat untuk kelas besar.











KESIMPULAN
Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Ciri-ciri penilaian autentik adalah sebagai berikut:
a.       Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
b.      Mempersyaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan.
c.       Penilaian terhadap produk atau kinerja.
d.      Tugas-tugas kontekstual dan relevan.
Penilaian autentik bertujuan mengevaluasi kemampuan siswa dalam konteks dunia nyata. Dengan kata lain, siswa belajar bagaimana mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya ke dalam tugas-tugas yang autentik.
Melalui penilaian autentik ini, diharapkan berbagai informasi yang absah/benar dan akurat dapat terjaring berkaitan dengan apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa atau tentang kualitas program pendidikan. 
Secara khusus aspek yang akan dimunculkan dalam untuk mengetahui kualitas belajar matematika adalah:
a.    Pemahaman konsep matematika
b.   Keterampilan matematika
c.    Kemampuan pemecahan masalah
d.   Sikap matematis
Berbagai macam cara untuk memperoleh informasi kemampuan atau kualitas belajar siswa dalam rangka penilaian autentik. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
2)      Penilaian alternatif diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non-tradisional untuk memberi penilaian kinerja atau hasil belajar siswa.




3)      Fungsi penilaian alternatif adalah sebagai berikut :
a.       Sebagai pemantauan kemampuan dan kinerja siswa .
b.      Sebagai proses yang melibatkan siswa dan guru dalam melakukan penilaian tentang kemajuan siswa dalam bahasa menggunakan strategi non-konvensional.
c.       Untuk menilai kompetensi, termasuk orang-orang yang melibatkan individu dalam membuat  penilaian diri.
d.      Melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan tentang mana lembar kerja mereka untuk menilai, dan untuk menjamin bahwa umpan balik disediakan.
2.      Empat variasi penilaian alternatif, yaitu:
a.       Penilaian Kinerja (performance assessment)
b.      Penilaian Portofolio.
c.       Penilaian proyek
d.      Penilaian Investigasi




















DAFTAR PUSTAKA
Dolen. Dikutip 09 05 2016 http:\\dosyin.blogspot.com/p/assesment.html.
guraru. (n.d.). Dikutip 09 05 2016, dari http://guraru.org/guru-berbagi/contoh-pendekatan-scientific-dan-penilaian-autentik-pada-mata-pelajaran/
Hasan, A. (2010, 09). Dikutip 09 05 2016, dari http://amirulhasanbioum.blogspot.com/2010/09/makalah-assessment-autentik.html
semarang, b. (n.d.). Dikutip 09 05 2016, dari http://bdksemarang.kemenag.go.id/penilaian-autentik-dalam-pembelajaran-matematika/

Eka. (2011, 07). Dikutip 10 05, 2016, dari http://ekacrudhgeograf.blogspot.com/2011/07/penilaian-alternatif.html
Julidvo. (2012, 12 20). Dikutip 10 05, 2016, dari https://julidvo.wordpress.com/2012/12/20/penilaian-alternatif/
Kurniawan, N. (2008, 09). Dikutip 14 05, 2016, dari http://narnikurniawan.blogspot.com/2008/09/penilaian-alternatif-1.html
Norma. (2012, 06). Dikutip 14 05, 2016, dari http://normanohira.blogspot.com/2012/06/assessmen-alternatif.html
Herman sah (2013,10). Dikutip 09 05,2016, dari
http://bersahaja25.blogspot.com/2013/10/konsep-dasar-assesmen-alternatif.html


0 komentar:

Posting Komentar